Jalan tersebut merupakan akses poros utama yang menghubungkan Kabupaten Asahan dengan Kabupaten Simalungun, serta menjadi urat nadi perekonomian masyarakat Kecamatan Bandar Pasir Mandoge. Sebagian besar warga setempat berprofesi sebagai petani, pekebun, dan bekerja di sektor perkebunan milik BUMN maupun swasta (BUMS). Jalan ini juga menjadi jalur penting untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan ke berbagai pabrik kelapa sawit (PKS), serta mendukung aktivitas masyarakat sehari-hari.
Namun, bencana alam yang terjadi telah berdampak besar. Putusnya jalan ini sempat melumpuhkan total aktivitas warga, meskipun kini sebagian aktivitas kembali dapat berjalan karena salah satu warga Desa Huta Padang secara sukarela meminjamkan lahan pertaniannya, yang berbatasan langsung dengan jalan tersebut, untuk digunakan sebagai akses sementara.
Sayangnya, akses darurat ini bersifat sangat terbatas dan tidak dijamin ketahanannya, karena longsor di titik jalan yang rusak terus meluas dan menggerus lahan warga tersebut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, dan mereka sangat berharap pemerintah segera turun tangan melakukan perbaikan sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah atau bahkan menimbulkan korban jiwa.
Hingga berita ini diturunkan, belum terlihat adanya tindakan nyata dari pihak pemerintah. Di lokasi hanya terpasang garis polisi (police line) sebagai penanda bahaya. Sementara itu, informasi yang berkembang baru sebatas komunikasi antar-instansi pemerintah terkait, tanpa adanya realisasi penanganan lapangan.
“Saat ini kami sebagai pengendara dan warga hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada pemilik lahan yang dengan ikhlas meminjamkan tanahnya agar aktivitas kami tetap dapat berjalan,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Diketahui, untuk menjaga ketahanan akses sementara tersebut, kendaraan berat seperti truk bermuatan besar belum diizinkan melewati jalur darurat ini. Hal ini dilakukan demi keamanan dan kelangsungan fungsi jalan sementara.
Pantauan awak media di lapangan menunjukkan bahwa warga bersama pemilik lahan bermarga Manurung turut berjaga dan mengatur sistem buka-tutup jalur di sekitar lokasi jalan yang rusak total. Terlihat pula sebuah truk colt diesel tengah menurunkan material batu padas, yang digunakan untuk memperkuat akses sementara agar pengguna jalan dapat melintas lebih nyaman.
Masyarakat berharap agar pemerintah memiliki empati, solusi, dan tanggung jawab nyata atas bencana dan kerusakan infrastruktur ini. Akses jalan ini bukan sekadar jalur penghubung, tapi menjadi penopang utama kehidupan masyarakat setempat, Rabu, 14 Mei 2025. (ps)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar